Nurasiah
: “Abang Saya Bukan Anggota Din Minimi,
TNI/POLRI Salah Tembak, Ia Hanya Petani Biasa Yang Tidak Bersalah”
Polisi bersama TNI yang
mendapat informasi tentang adanya pergerakan kelompok bersenjata api (bersenpi)
di kawasan Grong-Grong, lebih dulu mengepung lokasi.
KEMATIAN Ibrahim bin
Yusuf (42), penduduk Gampong Ceurih Blang Mee, Kecamatan Delima, Pidie,
menyisakan duka mendalam bagi keluarganya.
Ayah dari empat anak
itu meninggal dunia tertembak dalam kontak senjata di Gampong Gintong,
Kecamatan Grong-Grong, Pidie
Selama ini Ibrahim
tinggal di rumah tersebut bersama istri dan empat anaknya. Anak tertua bernama
Maskur (12), kelas VI SD. Anak kedua Ramadhan (11) kelas V SD, Nur Akmalia (5),
dan Raju berusia sebelas bulan.
Sehari-hari pekerjaan
Ibrahim bertani. Selain menanam semangka, juga kacang hijau. Ia pun jago bikin
roti manis (rotin tawar ditaruh selai di tengahnya). “Kalau ada order, abang
buat roti,” ujar Nur Asiah (38), adik kandung Ibrahim.
Menurut Nur Asiah,
beberapa jam sebelum kejadian, abangnya sempat pulang ke rumah sekira pukul
18.00 WIB, Rabu (20/5). “Abang saya membawa ikan krup (ikan dari empang), lalu
saya bakar dan kami makan malam itu,” kisah Asiah.
Baru kemudian, sekira
pukul 21.00 WIB, Rabu (20/5) malam Ibrahim ke luar dari rumah. Sampai akhirnya
ia dikabarkan tewas berluka tembak di kepala, persis di bagian jidat.
“Abang saya itu bukan
anggota GAM, juga bukan anggota Din Minimi. Setiap hari dia ada di rumah. Kami
orang miskin,” tutur Asiah sambil berlinang air mata.
Dia mengaku, pada malam
hari abangnya itu sering ke luar dari rumah memasang senter di jidat,
dilekatkan dengan tali, lalu pergi ke sawah mencari tikus yang mengganggu
tanaman semangkanya.
Sedangkan kegitan rutin
yang dia geluti setiap pagi mencari jerami untuk diletakkan di dekat tanaman
semangka. Lalu sore hari ia mengurus tanaman kacang ijo. Kalau ada pesanan
roti, malamnya Ibrahim membuat roti.
Begitulah pekerjaan
rutin harian yang dilakoni Ibrahim. Ke mana-mana naik sepeda motor jenis Astrea
lama. “Jadi, sangat tidak mungkin abang saya terlibat kelompok bersenjata,”
tegas Nur Asiah.
Ibrahim adalah anak
keenam dari delapan bersaudara, pasangan almarhum M Yusuf dan almarhumah Nyak
Bunthok. “Kami asli dari Ceurih Blang Mee, kedua orang tua kami sudah tiada,”
jelas Nur Asiah, adik bungsu Ibrahim.
Sementara itu, istri
Ibrahim bernama, Junilawati (30), beberapa kali pingsan. Saat Serambi
berkunjung, ia belum sadarkan diri. Istri Ibrahim mulanya ke rumah sakit untuk
memastikan bahwa jasad itu benar suaminya. Setelah pasti, ia kembali ke rumah.
Setiba di rumah, ia pun ambruk.
Sampai pukul 12.00 WIB
kemarin, pemulangan jenazah Ibrahim bin Yusuf dari rumah sakit masih diproses.
Sedangkan pihak keluarga sudah mempersiapkan tempat pemakaman di desa itu.
#Nurasiah
: “Abang Saya Bukan Anggota Din Minimi,
TNI/POLRI Salah Tembak, Ia Hanya Petani Biasa Yang Tidak Bersalah”
sumber : kabar aceh
0 Response to "Nurasiah : “Abang Saya Bukan Anggota Din Minimi, TNI/POLRI Salah Tembak, Ia Hanya Petani Biasa Yang Tidak Bersalah”"
Post a Comment